14 Hari caraku Keliling Maroko


Marrakesh
di Pasar Marrakesh

Caraku melakukan perjalanan.

Kemana aja siih?

Total jalan yang kami ukur adalah sepanjang : 3564 km, menghabiskan uang bensin 1.250 dirham, bayar toll total 220 dirham. mengunjungi 14 kota, tidak termasuk kampung dan kota yang sekedar numpang lewat, pipis atau sekedar ngaso dan istirahat makan. Kami memulainya dari kota Tangier karena saat membeli tiket yang paling murah adalah yang dari Tangier, lagian alasan utama lainnya adalah saya menempatkan Kota Biru Chefchaouen sabagai target utama saya yang harus dikunjungi dan dari Tangier adalah cara yang termudah. Dengan memilih lewat Tangier duluan akhirnya saya bener-bener bisa keliling Maroko dengan puas. Kalo memilih first city enter-nya lewat kota lainnya duluan, saya yakin belum tentu saya menginjakkan kaki di kota Tangier ini.

Gimana ceritanya kok dalam waktu sesingkat ini bisa keliling muter-muter ribuan kilometer padahal saya travelling dengan anak kecil yang baru berumur 8 tahun??

Ingat kan cerita saya , 2 bln sebelum travelling ke Maroko saya memposting di group traveller couchsurfing. Saya memposting tentang trip plan saya ke Maroko.
Dari waktu yang 60 hari itu saya mendapatkan 67 tawaran yang menawarkan hosting ke saya, padahal tujuan saya memposting bukanlah untuk mencari tempat menginap gratis, tetapi murni untuk sekedar mencari catch up atau mencari wadah bertanya apa tentang keadaan di Maroko. Karena jujur saja suami sangat berat hati melepaskan saya dan anak untuk berangkat kesini karena orang di eropa umumnya menganggap Maroko bukanlah tempat yang aman untuk dikunjungi. Masih banyak tempat lain yang aman dan yang lebih bagus dari sini begitu katanya yangsering aku dengar.

Lalu dari contact couchsurfing yang menghubungi saya, aku mulai menyaring dan memilih yang mana aku mau keep in contact atau bertukar nomor WA.
Akhirnya untuk tujuan singgah dan bermalam di Tangier aku memilih tinggal di rumah seorang member Couchsurfing seorang Bapak yang berwarga negara Jerman yang sudah berumur 62 tahun. Alasan utama memilih Bapak ini, selain sama-sama berasal dari Jerman kami bisa berkomunikasi dalam bahasa dan saya karena sudah lama tinggal di Jerman sudah mengenali dengan baik adat dan prilaku orang-orang dari negara ini. Selain itu Bapak ini memiliki profile yang clear dan referensi yang baik tentangnya. Mempunyai pekerjaan yang jelas dan bisa di percaya. Bapak ini bekerja sebagai direktur sebuah perusahaan logistic di Tangier. Dari mana saya tahu? Di profilenya ditulis dengan jelas dan setelah kita kenalan melalui Wa bapak ini memberikan kartu nama dan alamatnya.

Si Bapak Jerman yang menjadi host kami di Maroko

Saya dan anak saya Ribka di jemput di airport ketika kami tiba di Maroko. Bapak ini sendiri yang menawarkan untuk menjemput kami. Saya sebelum tiba sudah memberi tahu duluan jika saya hanya ingin menginap 3 malam saja dirumahnya. Di Tangier kami diantar kemana-mana, diajak keliling-keliling mulai dari tempat wisata penting di Tangier bahkan sampai tempat yang hanya orang Maroko saja yang tahu. Hal yang paling membuat aku berterima kasih adalah kami di antar jalan-jalan ke Chefchaouen, sebuah kota kuno Maroko yang terkenal dengan julikan si Kota Biru. Padahal awalnya aku agak rada-rada bingung bagaimana nge-set jalan-jalan ke Chefchaouen karena selain tidak ada jalan kereta yang ke sana, juga informasi yang saya dapatkan untuk jalan-jalan kesana itu masih agak semrawut sistemnya. Namun keberuntungan itu lagi ada di fihak saya, kami bahkan tidak hanya diantar pulang pergi, tetapi kami juga diajak jalan-jalan melewati kota-kota lain disekitarnya. Dibawa ketempat makan murah-murah dan enak-enak. Di rumahnya, bapak ini bahkan selalu memasak untuk kami (hobbynya masak). Setiap pagi disaat kami bangun, beliau selalu menyiapkan breakfast ala Jerman buat kami.…hahaha…betapa beruntungnya yaa.
Saya tentu saja berusaha berkontribusi, berusaha membayar makan jika kami makan diluar, membeli groceries jika kami ke supermarket.  Menawarkan diri membeli atau membayarkan bensin untuk mobilnya yang dipake jalan-jalan. Tapi bapak ini selalu menolak tawaran ganti ongkos bensinnya, yang sering diterima paling jika saya membayar makanan. Itupun terkadang masih sering ditolak. Mungkin nggak nyaman dibayarkan perempuan kali.

Di desa Mahmid, Desa terakhir sebelum menuju Sahara

 Mungkin karena melihat antusiasku setiap hari yang penuh expressive, Bapak ini jadi tertarik untuk melakukan traveling bareng. Beliau menawarkan ku untuk keliling Maroko bareng. Mulai dari rumahnya di Tangier, kekota-kota penting di Maroko, ke tempat-tempat yang dia juga belum pernah kunjungi, bahkan sampai di Padang Gurun Merzouga.

Kebayang khan kemana-mana diantar pake mobil pribadi, bahkan seperti ada pengawal? Bukan naik turun bus atau kereta seperti yang aku rencanakan? Ohh..betapa mudah, murah dan amannya perjalananku ini nanti bathinku.
Tapi dasar karakter ku adalah seorang petualang sejati. Ditawarin kemudahan kayak gini aku kok malah gak suka yaa…malah mikir lagi, takut nanti gak puas! Lah gimana…?? Pikirku ; Bapak ini adalah seorang Jerman. Yang walaupun sudah 5 thn tinggal di Tangier tapi tetap bukan seorang lokal. Ini akan mengurangi cita rasa ku dalam travelling.  Lalu menurutku karena umurnya yang sudah tua dan karakternya yang serius membuat dia jadi orang yang nggak asik buat travelmate ku nanti.Kalau mau cekakak cekikik gak jelas aja pasti merasa gak nyaman. Dan pasti gak mungkin di ajak gila!! Kita mau selfie bolak balik di depannya juga ya pasti jadi risih. Nah mana mau kaannn. Ini membuat ku berpikir seribu kali jika jalan dengannya. Pasti gak mau rugi kaaan..???.hihihi…Gratis aja belum tentu menyenangkan…hihihi, garuk pala barbie deeh..wkwkw..

Jadi, dari pada travelling ku gak puas, dan gak nyambung lebih baik aku cut aja dengan beliau sampai disini. Aku cut dengan sopan tentunya. Berani bener kaan akuu?? Dikasih jalan yang gampang dan enak kok malah nyari-nyari yang lain, mo cari susah ??
Karena aku sudah meng-cut Bapak ini, malam kedua di rumahnya aku mulai buka file travelling communityku lagi. Lalu ada anak muda mahasiswa dari Rabat yang menawarkanku untuk travelling sama-sama, share cost keliling Maroko. Intinya dalam perjalanan itu aku membayar 2.250 dirham(mobilnya kami sewa) plus biaya bensin dibagi bersama selama perjalanan dan tujuan boleh kemana aja sesuai persetujuan bersama selama 12 hari (cuma 12 hari karena masa tinggal ku sudah kepotong di Tangier ). Katanya, jika aku keberatan membayar sejumlah diatas, kita bisa tambah orang lagi supaya lebih ringan lagi biayanya.  Tapi aku langsung menolak! Perjalanan 12 hari keliling naik mobil bahkan boleh kemana saja dengan biaya 2.250 dirham itu cuma sekitar 220€ atau kata mbah google,  it’s cost nothing looh. Aku nggak mau banyak-banyak orang di mobil, aku nggak mau rame. Jadilah kami berangkat cuma ber-4. Aku dan anakku Ribka, Youssef dan teman nya Ellias anak seorang komissaris polisi di Rabat.

Di Casablanca

Walaupun tadinya aku penuh perasaan ragu terhadap Youssef karena hanya mengenalnya dari Media Couchsurfing aku merasakan energy yang baik saat chatting dengannya di wa. Jadi walaupun melihat profilenya yang kosong tanpa referensi dan dia seorang Maroko asli, aku memberanikan diri setuju jalan bareng dengannya…Kami bikin janji ketemu dengannya di Kota Rabat, aku dan Ribka naik kereta dari Tangier kesana. Dan anak muda ini menjemput kami di Stasiun kereta Rabat tanpa memungut biaya lalu kami di ajak kerumahnya dan dikenali dengan orang tua dan saudaranya.

Youssef adalah seorang Mahasiswa cerdas yang mendapat beasiwa mulai dari SMA kerena kepintarannya akan matematika dan fisika. Dia mahasiswa khusus yang belajar tentang nuklir, dan dapat berbahasa Inggris dengan sangat fasih.
Youssef membawa Ellias, anak seorang Kepala Komisaris Polisi Ibukota Rabat. Alasannya membawa anak ini karena kami bisa memanfaatkan pengaruh Bapaknya Ellias. Kami meminjam lambang polisi tertentu dari Bapaknya untuk di tarok di kaca depan mobil  untuk mendapatkan special treat dan respect dan menjaga keamanan kami di jalan !!

Membawa lencana polisi yang ditempel di depan mobil membawa kemudahan dan pengalaman tersendiri.  Paling enggak, untuk parkir gak pernah ada yang berani minta duit…hahaha..yang ini sering bikin ketawa, karena pas tukang parkir minta duit parkir begitu melihat lencana, mereka langsung mundur bilang gak usah bayar…hahaha…Biaya parkir nggak mahal memang, tapi kami puaaasss bisa ngerjain….

Ada lagi,
Di Maroko itu kontrol polisi dijalan ketat buanget. Aparatnya juga masih suka korupsi dan cari celah buat malak kendaraan dijalan. Karena di Maroko itu masih seperti di Indonesia juga, orang sering membawa kendaraan tanpa surat menyurat yang lengkap bahkan terkadang tanpa sim. Maka polisi sering melakukan menyetopan kendaraan dijalan dan melakukan pengecekan surat menyurat. Selain itu mereka sering mengontrol orang asing dan mencari-cari kesalahan supaya dapat uang lebih, nilep ceritanya. Nah, kami juga sering di stop, tapi biasanya begitu lihat lencana langsung dibiarin lewat.
Sialnya, pas dalam perjalanan pulang menuju Ibu kota Rabat kami di stop untuk alasan yang tidak jelas, kesalahan yang dicari-cari. Kami diminta membayar 400 Dirham, tentu saja anak 2 ini menolak habis-habisan. Tapi polisi memaksa dan meminta kami tetap membayar walaupun mereka sudah melihat lencana yang ada mereka tidak perduli.Akhirnya Ellias menelpon Bapaknya. taraaa…Bapaknya Elias meminta bicara dengan polisi yang menahan kami. Begitu telepon diberikan, polisi yang tadinya keras banget dan ngotot meminta kami membayar langsung mengkeret merunduk runduk meminta maaf karena telah mengganggu perjalanan kami…..wuahahaha..serasa VIP banget deh rasanya…hahaha…Masuk ke dalam mobil kami langsung pergi… #ngakak,!!!

Teman perjalanan kami yang kece, si anak Komisaris polisi dan temannya

Anak dua ini juga seruuuu bangeeet…dua-duanya kocak dan koplak gak pake jaim! Gila habiiiss…
Walaupun Youssef berasal dari keluarga kelas menengah dan memiliki rumah yang disewakan lewat Airbnb (rame terus loh) Ellias yang seorang anak Komisaris polisi ibu kota, anak 2 ini hemat habis. Apa-apa nggak mau yang mahal, apa-apa nawarin sampe teler. Jadi masuk hotel, beli makanan atau apapun kita selalu berusaha mendapatkan tarif seminimum mungkin..hahhaa…
Ellias pintar bermain music, kami membawa gitar dan tabla di mobil. Dimana pun kami stop dan mengaso kalo ada tempat yang bagus untuk bermain musik dia akan memainkannya. Bahkan sering dalam perjalanan yang panjang di dalam mobil, dia memainkan gitarnya dan kami bernyanyi bersama-sama. Walaupun jalan jauh gak terasa dan tidak membosankan. Nah lagi-lagi beruntung, kaan??

Pengalaman paling lucu terjadi di Kota Essaouira, ketika kami yang kelaparan duduk makan di restoran, ada group music yang datang mengamen pake tabla dan biola. Karena kurang puas dengan permainan pengamen, si Ellias meminjam alat mereka dan memainkan alat musiknya sambil terkadang bernyanyi. Melihat dia bermain dengan indah, tak tahan aku  bangkit berdiri dan menari (fyi, aku bisa belly dance yah). Orang di dalam restoran pada bersorak seru dan rame sekali mendukung kami, apalagi terhadap aku yang turis..hahhahaSuasana jadi hangat dan bikin semua orang senang. Si pemilik restaurant pun karena senang memberikan kami gratis minuman. hehehe.

Pelayan tenda kami, aku dan anak ku satu satunya tamu di tenda Sahara ini

Dalam perjalanan kami, aku dianggap cukup baik oleh anak 2 ini, mereka dua sangat respect sama aku dan sangat melindungi sekali. Dalam perjalanan kami karena mereka 2 fuul yang menyetir, jadi aku mau imbangi kebaikannya. Kalo makan sering aku yang traktir, lagian karena memang murah. Sistem makan di Maroko juga sama seperti di Indonesia, apapun yang kita pesan bisa kita share dan dimakan bersama-sama.
Karena sering menceritakan tentang perjalanan kami dan bagaimana aku sering mentraktir mereka, orang tua ke dua anak ini justru penasaran pengen bertemu dengan ku. Mereka mengundang saya dan Ribka ke Rabat untuk bermalam di rumah mereka sebelum kami pulang ke Jerman.Kami kerumahnya , rumah kedua orang tua Youssef dan Ellias. Di jamu ala keluarga Maroko dan diterima dengan ramah sekali. Serasa aku dan Ribka telah menemukan keluarga baru disini. Ketika pergi kami juga diantar ke stasiun dan di wanti-wanti kalau ke Rabat lagi suatu hari nanti tidak boleh tinggal di hotel tapi tinggal di rumahnya saja. Amiinn…

Rute perjalanan kami di Maroko:

Tanger-Chefchaouen-Tanger = 228 km, 4 jamTanger-Rabat=250 km, 4 jamRabat-Casablanca=86,9 km 1,5 jamCasablanca-Marrakesh = 243 km = 2 jam 39 menitMarrakesh-Essaouira = 258 km = 3 jam 46 menitEssaouira-Agadir =286 km = 3 jam 24 menitAgadir-Ait Ben Haddou = 443 km = 7 jamAit-Ben Haddou-Ouarzazate = 30,3 km = 3,5 jamOuarzazate-Zagora = 163 km = 3 jamZagora-Mhamid = 98, 8 km = 5 jam realMhamid-Erg Chegaga = 60 km = 1,5 jam realErg-Chegaga-Mhamid = 60 km= 1,5 jam realMhamid – Errachidia = 556 km 10 jamErrachidia- Fez = 336 km 6 jamFez-Rabat = 206 km, 3 jamRabat Tanger = 259 km, 3 jam


* Kalau kalian mengecek jarak di google jangan percaya yaa, perjalanan di Maroko selalu lebih lama dari yang diukur google*
Catatan ; Anak 2 ini tidak ikut trip kami ke Erg Chegaga karena mereka tidak mau membayar biaya yang mahal. Mereka 2 memilih tinggal di desa M’Hamid rumah Hassan seorang member couchsurfing yang menghubungi ku melalui postinganku di di CS.  Mereka menunggu kami didesa M’hamid sampai aku dan Ribka kembali dari padang gurun Erg Chegaga.

Mobil kami di Maroko


Bacaan ini juga ada di blog saya lainnya https://alceganyau.blogspot.de/2018/04/cerita-lengkap-tentang-maroko.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *