The Last Samurai
Shogun Tokugawa, The Last Samurai
Tertarik ingin mengetahui lebih banyak tentang Samurai, saya mencari-cari informasi tentang Samurai dan The Last Samurai. Saya temukan, The Last Samurai Shogun Tokugawa ternyata dimakamkan di Tokyo. Uniknya lagi, the last Samurai ini dimakamkan di kuil Tennoji yang dikelilingi dengan jalur bunga Sakura yang panjang yang membuat pemakaman ini menjadi salah satu spot jalur Sakura yang terkenal di Tokyo bagi warga lokal.
Di makam Yanaka, nama tempat Shogun Tokugawa dimakamkan ini tidak hanya sang Shogun sendiri yang dimakamkan, tetapi beliau dimakamkan lengkap dengan para Samurai yang menjadi bawahannya saat itu. Ada aturannya, para Samurai di makamkan harus menghadap kearah sang Shogun. Jadi didalam kubur pun para Samurai tetap masih harus menghormati pimpinannya.
Umumnya di Jepang, jalan-jalan di area pemakaman layaknya turis yang mengambil foto disana sini adalah hal yang tabu, sama seperti di dunia eropa, makam atau kuburan itu bukanlah tempat untuk orang berfoto-foto karena disana terkandung afas kesedihan duka lara. “Keep the respect to the death people” begitu saya sering dengar bule-bule mengomentarinya. Jadi, hormatilah orang yang sudah meninggal dan keluarganya yang ditinggalkan.
Tetapi di Yanaka Cemetery ini lain lagi, tempat ini special karena selain menjadi tempat pemakaman the last samurai, makam Yanaka juga menjadi tempat pemakaman orang-orang terkenal di Jepang lainnya, seperti ; para artist, penulis, ilmuan, penyanyi, olahragawan, bahkan politisi top hingga para militer di posisi tinggi semua diperistirahatkan disini. Tidak heran, dipemakaman ini terlihat sangat mewah dan terlihat aura kaya kelas tinggi.
Dengan alasan tempat peristirahatan orang terkenal dan Cherry blossomnya yang indah dan luas, pemakaman ini boleh dikunjungi orang banyak secara umum dan orang jepang tidak merasa aneh jika ada yang memotret disini. Namun harus diingat, tetaplah menjaga sikap, janganlah bertindak berlebihan apalagi ketawa-ketawa seperti orang bahagia karena bagaimanapun harus ada rasa hormat ditempat semacam ini. Tertawa-tawa dan terlihat bahagia di tempat seperti ini menunjukkan hilang rasa hormatnya bagi orang disini.
Sejarah Singkat Shogun Tokugawa
Setelah memenangkan pertikaian yang dikenal dengan pertempuran Sekigahara, Ieyasu Tokugawa berhasil tampil sebagai pemenang dan pada tanggal 24 Maret 1603, Kaisar Go-Yozei mengangkat Ieyasu Tokugawa menjadi Shogun pertama dari keturunan Tokugawa. Ada ceritanya tersendiri bagaimana Ieyasu Tokugawa bisa menjadi seorang shogun yang menjadikannya panglima tertinggi di Jepang pada masa itu, Sejarah mencatat, Shogun Tokugawa adalah orang yang pintar bertaktik dan berpolitik sehingga dimasa perselisihan antara 3 pemimpin masa itu yang dikenal dengan istilah bagaimana ke tiga pemimpin itu menghadapi seekor burung.
Cerita terkait gaya memimpin mereka. Alkisah, tiga pemimpin itu melihat seekor burung yang tak mau bernyanyi dan ketiganya memberi respons yang amat berbeda.
Nobunaga mengancam agar burung itu dibunuh, Hideyoshi meminta agar burung itu dibuat bernyanyi, sementara Ieyasu memilih menunggu sampai burung itu bernyanyi.
Strategi kesabaran dan caranya berpolitik membuat Ieyasu Tokugawa yang mampu membuatnya menjadi seorang Shugun yang paling diingat selama berabad-abad.
Keluarga Tokugawa yang menjadi Shogun, berkuasa selama 264 tahun, Shogun Yoshinabu Tokugawa adalah Shogun ke 15 yang menjadi Shogun yang terakhir di Jepang. Masa Shogun Tokugawa berada di era tahun 1603-1867.
Periode kepemimpinan Shogun Tokugawa menjadi tonggak yang berbeda dalam sejarah Jepang, karena di era pemerintahan Shogun Tokugawa inilah corak pemerintahan tradisional Jepang menuju ke era kepemerintahan modern.
Berakhirnya keshogunan di Jepang adalah ketika pada tanggal 9 November 1867 Shogun Yoshinabu Tokugawa yang menjadi Shogun terakhir menyatakan resmi mundur dan mengembalikan kekuasaannya secara penuh kepada kaisar.
Pengembalian kekuasaan Shogun kepada pemerintahan sebenarnya karena adanya desakan para pemimpin daerah dan orang-orang penting didalam kekaisaran yang dipengaruhi oleh pihak asing dalam hal ini Amerika Serikat untuk mengembalikan kekuasaan penuh kembali kedalam genggaman kaisar.
Makam The Last Samurai
Jangan dikira jika kalian ingin berkunjung berziarah ke makam Sang Samurai akan mudah menemukannya, apalagi jika kalian sama seperti saya tidak berbisa membaca dan menulis sama sekali akan semakin sulit sekali menemukannya.
Area pemakaman ini sangat luas sekitar 10 hektar besarnya. Walaupun sangat besar namanya dan sangat di segani, lokasi pemakaman Tokugawa Yoshinabu sebagai seorang Samurai tidak diberi tanda dan petunjuk sama sekali dimana lokasinya.
Makam Sang Samurai terlihat sangat sederhana sekali dan justru paling sederhana dari seluruh makam lainnya yang ada di pemakaman ini. Tapi ingat ya, Sang Samurai wafat tahun 1867, jaman itu mungkin makamnya ini sudah sangat mewah. Saya pikir ini mungkin karena pemerintah Jepang memang sengaja tidak mau memugar dan merubah bentuk asli dari makam ini. Jepang ingin membiarkannya dengan bentuk original seperti sedia kala.
Yang berbeda adalah makam ini memang di pisah dengan cara ditembok dari makam-makam lainnya dan makam ini punya halaman dan pohon yang melindunginya. Karena ditembok dan dipagari pengunjung jadi tidak bisa datang mengelus-elus atau selfi dekat-dekat dimakam ini.
Lah dari mana saya tahu dan bisa menemukan tempatnya?
Beruntung saya bertemu orang baik seorang kakek tua pensiunan yang saya sapa ketika saya sudah lelah keliling mencari maka makam ini, saya hempaskan pantat di bangku panjang tempat si kakek Michio juga duduk. Iseng saya menyapanya dalam bahasa inggris dan si kakek justru menyahut dengan aksen Amerika yang kental sekali.
Kakek ini dimasa mudanya adalah manager IT di perusahaan Amerika Ketika pensiun mengikuti program guide untuk pensiun dan beliau menjadi seorang guide bersertifikat.
Beliaulah yang mengantar saya keliling sampai kemakam Sang Samurai dan bercerita banyak tentang sejarah sang Samurai.
Saya cukup beruntung, sang kakek tidak mau dibayar sama sekali oleh saya. Beliau bahkan senang saya tertarik dengan sejarah Jepang.
Si kakek mengajak saya selfi dan kita tukaran email supaya saya bisa mengirimnya foto ini dan saya mentraktirnya minum kopi dan bakery di cafe terdekat sebagai ungkapan terima kasih saya padanya.
Terima kasih kakek Michio.
Catatan : Referensi saya ambil dari berbagai narasumber