Berbagi Pengalaman Couchsurfing


Pengalaman Yang Luar biasa

Kami bahkan dipinjami sepeda oleh host Belanda

Berdasarkan membaca postingan seorang wanita  WNI yang melakukan travelling ke Australia, kemudian  hamil akibat menginap secara Couchsurfing di Australi membuat saya jadi ingin bercerita sedikit mengenai pengalaman Couchsurfing saya.

Sebenarnya kehamilan yang sulit di tuntut ini bukan karena couchsurfingnya saja, tetapi caranya melakukan porsinya didalam couchsurfing yang menurut ku sedikit kurang tepat. Mungkin karena kurangnya informasi atau keinginan untuk bertualang yang besar sehingga membuatnya jadi kebablasan. Berikut saya uraikan sedikit tentang hal hal yang harus di perhatikan jika ingin menggunakan couchsurfing.Saya ikut couchsurfing karena 2 teman cewek Rusia saya saat kami belajar dicina meminta saya untuk join. Walaupun merasa tidak butuh tempat *kamar* orang untuk menginap saya register aja.
*
Tadinya saya hanya ingin menghosting orang saja, yaitu menerima orang menginap gratis di rumah saya. Karena, saya sendiri tidak kepengen tinggal dirumah orang. Entah gimana, setelah pengalaman saya menerima orang dirumah, tetiba saya juga pengen nyoba bagaimana rasa menginap dirumah orang asing di luar negeri dengan gratis. Penasaran pengen tahu seperti apa sih ini?
*
Pengalaman Pertama : Saat saya ke Belanda. Setelah berhasil meyakinkan suami, kalau saya pengen tinggal ala couchsurfing, saya posting travel plan saya ke Belanda. Dan saya jelaskan di dalam postingan saya dengan detail.  termasuk kalau saya akan membawa anak yang beurmur 3 thn dan keponakan dari Indonesia yang masih lugu yang waktu itu saya bawa ke Jerman. Pengalaman saya disini luar biasa indahnya, sangat berkesan. Tinggal di rumah orang kaya yang bertaman luas 3 lantai. Bahkan ada concert di rumahnya yang besar dan megah di tengah kota Den Haag. Diantar dan di jemput dari stasiun kereta saat datang dan pulang, diantar jalan-jalan ketaman Tulip terkenal di  Keukenhoff, Belanda bahkan diajak jalan-jalan ke pantai, membuat pengalaman jalan-jalan ala  couchsurfing saya seperti ketemu teman lama. Pengalaman pertama ini membuat saya jadi tidak kapok.

Host di Venezia

Pengalaman ke 2.

Saat ke Venezia, Italia. Saya sudah booking hotel eee…tetiba saya baca-baca profile orang-orang di Venezia di dalam CS page,  timbul rasa penasaran dan pengen mencoba lagi. Lalu saya apply dan surprise, dalam waktu 10 menit dada jawaban kalau saya di terima dengan senang hati. Ohh..nekat,  hotel yang sudah di booking pun saya batalin…Gila banget kaannn?

Alasan memilih seorang host tentu saja berawal  dari tampilan profile dan referensi yanga ada dilaman page Couchsurfing. Saat saya memilih host di Italia ini saya bahkan tidak tahu kalau dia ternyata seorang polisi terkenal yang di segani di Venezia. Di profilenya dan referensinya dia tidak ada satupun yg notice bahwa dia itu seorang polisi. Ini surprise untuk saya dan nilai plus untuk dia. Selama menginap dirumahnya saya dan anak saya (waktu itu berumur 6 tahun) diantar kemana-mana,  bahkan ke tempat-tempat yang tidak mungkin di datangi orang biasa. Bahkan ada beberapa tempat yang kami masuki tidak perlu membayarnya karena owner atau pengelolanya sudah mengenalnya dengan baik. Lagi-lagi, ini adalah pengalaman luar biasa saya di CS.

Baca : https://alceganyau.com/2022/01/21/couchsurfing-di-rumah-ku/?preview_id=251&preview_nonce=4b10534a9c&_thumbnail_id=253&preview=true

 

Dengan Host Bapak Jerman di Maroko

Pengalaman ke 3, 
Couschsurfing di Maroko.

Saya sama sekali tidak berniat couchsurf di Maroko, tapi karena berita yang beredar di Eropa bahwa Maroko itu unsafe banget sehingga saya ingin mencari informasi yang sebanyak banyaknya mengenai Maroko. Cara terbaik adalah mencari informasi melalui orang lokal. Dan saya melakukannya dengan couchsurfing. Lalu saya membuat postingan itin trip saya disana, maksudnya bukan mencari tempat untuk menginap tapi sekedar mencari wadah untuk bertanya ke warga lokal.
*
Surprisingly, walaupun tidak meminta/mencari tempat menginap, saya justru ditawarin banyak sekali tempat menginap. Aha, dari puluhan orang yang menawari ada beberapalah yang sepertinya kepengen flirting atau yang mengarah-mengarah. Tapi itukan bisa-bisanya kita aja menjawab dan menolak halus (jangan terbuai).Walaupun tidak butuh tempat orang, tapi akhirnya saya memilih tinggal di Couchsurfing juga. Seorang direktur perusahaan berkebangsaan Jerman di Tangier yang menawarkan saya tempat tinggal.  Seperti biasa sebelum bilang Yess, saya jelasin dulu dengan detail travel plan saya, background saya dan saya travel dengan anak saya yang masih kecil. (kalau dia terima).
*
Karena pikir backgroundnya sama *orang Jerman* saya memutuskan menginap di tempatnya, yang coincidentally pacarnya juga ternyata orang Indonesia. Disini dia mengantar saya dan anak saya keliling kemana-mana di sekitar Tangier bahkan ke Chefchaouen, kota tujuan impian saya. Dia mengantarkan kami kemana-mana. Tentu saya menawarkan ganti uang bensinnya yang selalu ditolak olehnya. Dan saya selalu berusaha bahkan memaksa membayar makan minum kami setiap kami makan minum di luar sebagai balas budinya walaupun terkadang di tolak juga.
*
Karena komunikasi yang baik terjalin, dari 3 hari menginap beliau bahkan menawarkan untuk lanjut tinggal seminggu lagi jika mau, bahkan melihat itin dan semangat ku dan anak gadis kecil ku untuk travel, beliau menawarkan untuk travelling sama-sama naik mobilnya ke gurun Sahara. Woww…waaar biasaakkk…
Walaupun lebih safe, hemat waktu dan hemat biaya jika travelling around dengannya, saya menolaknya. Kenapa? Karena bukan type ku untuk bergantung dengan orang, lagian dia bukan orang lokal. Jalan dengannya berarti sama saja aku berjalan dengan sesama orang asing disini.  Bagaimana aku bisa memiliki pengalaman yang lain kalo terus hanging around dengan sesama orang asing? Ogah ahh…

*
Untuk menjaga perasaannya dan sebagai attitude yang baik saya menjelaskan kenapa saya dan anak saya tidak mau terus tinggal dan tidak mau lanjut travelling around dengannya. Dia kelihatan surprise dan sedih tapi juga respect. Dia bahkan bilang dia bangga bertemu dengan saya, the real soul of couchsurfer. Orang yang tidak mau take any granted dari community ini. Katanya, karena kalau orang lain aja belum tentu seperti ini, belum tentu menolak. Saya berbeda. eheemmm… Menerima keputusan kita dengan baik beliau masih menunjukan kebaikan hatinya. Dia menawarkan untuk mengantar kami ke stasiun kereta untuk beli tiket dan  mengantarkan kami naik ke kereta untuk melanjutkan perjalanan kami ke Rabat. Sayonar, terima kasih untuk pengalaman yang luar biasa ini
Lagi-lagi, pengalaman  ketiga menginap di CS saya positive.
Baca :
#alcechefchaouen
#alcetangier
#AlceMaroko

Looh kok bisa ya pengalaman CS ku baik-baik semua, apa karena saya lucky person..??
Enggaaakk…!! Itu jawabannya.
Kenapa? Karena wajib hati-hati dalam memilih, bertindak dan bersikap dalam memilih host maupun surfer. Yang terutama gunakanlah insting dan akal sehat mu. 

*
Saya pernah posting trip plan saya dan anak saya saat ke Budapest dan Turkey. Di Budapest saya apply CS tapi kemudian saya merasa calon host kurang easy going akhirnya saya batalin. Di Turkey saya posting 1 bulan sebelum keberangkatan. Tidak untuk mencari tempat menginap tapi sekedar untuk catch-up on the way. Ada belasan orang yang nawarin host atau ketemuan, lucunya setelah kita mulai berinteraksi di WA kok mulai pada mengenalkan diri ini itu. Single lah, duda lah dan mulai tanya ke hal-hal pribadi yang saya rasa hal yang tidak perlu sampai kesana. Artinya calon host type seperti ini mendatangkan rasa tidak nyaman dan mulai mengarah, maka saya tidak akan melanjutkannya.

Kalau sudah begini, saya lebih memilih untuk tidak ketemu dan jangan harap saya mau surfing di tempatnya. Akhirnya saat berada di Turkey saya memilih pure menginap di hotel dan tidak mau ketemu siapa pun dari couchsurfing. Its for my own comfort !

Pesan untuk para couchsurfer,
Janganlah melakukan couchsurfing karena mencari gratisnya aja. Pahamilah jiwa jiwa couchsurfing yang sebenarnya sebelum kita memutuskan untuk melakukannya. Disini kita-kita banyak yang salah menafsirkannya. Pastilah gratisan itu enak, tapi sebenarnya ini bukan masalah gratisannya aja tetapi lebih ke soal interaksi dengan lokal secara dekat. Kalo dipikir dan di hitung ala standard saya, biaya traktir host makan dan minum di luar kan sebenarnya sudah bisa buat kita bayar penginapan juga. Biayanya sama aja kalo di hitung, jadi tidak gratiskan sebenarnya?


                                                                                                     Tips :

Couchsurfer dirumah ku

1. Hati hatilah dalam memilih, memilah dan kenali cara bergaul dengan baik. Walaupun memilih surfing di tempat orang pastikanlah juga kalau kalian punya uang yang cukup untuk escape ke hotel jika merasa tidak nyaman di tempat host kalian.

2. Tetap memperhitungkan untuk memiliki uang cukup saat melakukan perjalanan terutama untuk transportasi juga, jangan mengharap di antar gratis atau dapat tour guide gratis.

3. Persiapkanlah diri untuk selalu mandiri dimanapun berada.

4. Baca semua referensi dan profile calon host baik-baik. Lakukan komunikasi secara personal beberapa waktu sebelum mendatangi host. Jika ada rasa tidak nyaman atau ada yang ganjel, segera batalkan pertemuan.

5. Mintalah alamat lengkap dan nomor telepon dan tinggalkanlah data calon host secara lengkap di keluarga kalian. Kalo saya, terlepas couchsurfing atau tidak saya selalu ninggalin data dan trip plan saya secara lengkap ke suami sebelum berangkat.

6. Kenali daerah tujuan kalian dan carilah informasi yang cukup mengenai daerah atau penginapan sebagai back-up supaya jika dibutuhkan kalian siap.

7. Minta dan bertanyalah aturan menginap di tempat host sebelum kalian datang. Tanyakan juga hal-hal yang tidak disukai, seperti aturan merokok jika kalian merokok jika kalian merokok, aturan bangun dan jam tidur, aturan datang dan pergi ke rumah, bahkan aturan menggunakan dapur pun sebaiknya juga harus tetap ditanyakan. Hal ini untuk rasa nyaman masing2 kedua belah fihak karena budaya dan aturan masing-masing orang di rumah itu kan jelas berbeda-beda. Lagian, dengan menanyakan ini, kalian membuat calon host merasa nyaman, membuat host tahu bahwa calon surfer nya care dan sensible *mengerti aturan, kata lainnya*.

7. Jangan minum alkohol jika tidak biasa dan jangan sampai mabuk jika biasa. Jika ditawarin, bilang aja tidak bisa minum dan tidak terbiasa minum. Tidak perlu bawa embel2 agama apalagi ngomong buruk soal alkohol. Host biasanya mengerti dan menerima karena di negara barat pun tidak semua orang bisa menkonsumsi alkohol.

8. Bahaya dan kejadian negative tidak hanya membayangi para wanita tetapi juga laki-laki dalam kasus homosexual.  Yang paling penting juga jaga anak-anak kalian dengan baik jangan di tinggal sendiri dengan host kalian, terutama laki-laki,tentunya untuk menghindari kasus peodofilia.

9. Kalau kalian ingin ngehost orang di rumah kalian, bikinlah aturan yang jelas dan tulislah di profile kalian dengan jelas dan mendetail. Jangan lupa perjelas lagi semuanya sebelum tamu kalian datang.

Apalagi? Gunakan insting dan feeling atau apalah namanya yang jelas jangan lengah dan harus selalu waspada.

Be safe, happy travelling.

Couscgurfer dirumah ku

2 thoughts on “Berbagi Pengalaman Couchsurfing”

Leave a Reply to Ova forlendy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *